Go Tik Swan, Maestro Batik Indonesia



Batik Indonesia telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada tanggal 2 Oktober 2009. Seketika itu pun, masyarakat Indonesia kompak mengenakan batik tersebut untuk menyambut penetapan dari UNESCO tersebut. Kebahagiaan dan kebanggaan bercampur dan tanpa disuruh pun, tanggal 2 Oktober menjadi hari wajib berbatik di seluruh Indonesia. Di sisi lain, penetapan UNESCO menuntut Indonesia untuk merawat dan melestarikan batik. Sehingga telah  menjadi kewajiban bagi seluruh insan Indonesia untuk sinergi dalam melestarikan dan mengembangkannya.

Pameran Batik "Nunggak Semi"

Unit Pengelola Teknis (UPT) Museum Seni melalui Museum Tekstil menyelenggarakan sebuah pameran batik sebagai upaya melestarikan batik. Pameran bertema “Nunggak Semi: Batik Adiluhung” mengangkat karya Go Tik Swan atau Panembahan Hardjonagoro. Pameran ini digelar di Museum Tekstil, Jakarta, mulai 20 September sampai dengan 12 November 2017. Pameran ini berupaya mengedukasi dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pelestarian batik sebagai warisan budaya Indonesia, juga terhadap sosok yang berperan penting dalam pelestarian dan pengembangan batik Indonesia.

Istri PLT Gubernur DKI Jakarta, Happy Farida Meresmikan Pembukaan Pameran

 Go Tik Swan adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah batik Indonesia. Karena kiprah, jasa dan karya batiknya yang adiluhung, Go Tik Swan atau Hardjono Gotikswan dianugerahi sebuah gelar oleh Keraton Kasunanan Surakarta dengan gelar “Panembahan Hardjonagoro”. Di tahun 1950an, beliau dipercayakan oleh Presiden Soekarno untuk mengembangkan Batik Indonesia dengan corak yang lebih nasionalistik. Akhirnya, lahirlah karya-karyanya yang penuh dengan cita rasa persatuan, nasionalisme, dan romantisme. Batik-batik karyanya yang bernilai tinggi atau adiluhung tersebut menjadikan Go Tik Swan sebagai seorang empu dalam dunia perbatikan.


Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Tinia Budiarti

Direktur Pelestarian cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Harry Widianto menyebut karya-karya Go Tik Swan tidak hanya memiliki kualitas yang tinggi, namun sarat dengan pesan-pesan kebangsaan. Sementara itu, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah (AMIDA) DKI Jakarta “Paramita Jaya” melihat sosok Go Tik Swan sebagai pribadi yang teliti, telaten, tekun, sabar dan konsisten dalam memberikan arahan kepada para pembatik pilihan untuk menghasilkan batik karya Adiluhung.


Go Tik Swan atau Panembahan Hardjonagoro, Sang Maestro Batik

Pameran ini diresmikan oleh Istri Gubernur DKI Jakarta, Bu Happy Farida. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan kegembiraannya dengan adanya pameran ini. Beliau turut mendukung lestarinya batik Indonesia dan berharap di setiap daerah mempunyai motif batik unggulan yang bernuansa ikonik daerah tersebut. Beliau berharap para pengrajin dan seniman pecinta Batik Jakarta terus mengeksplorasi karyanya dengan memunculkan lebih banyak ikon bernuansa Jakarta. 

Batik Go Tik Swan diperagakan oleh model

 Akhirnya pesan mendalam disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Tinia Budiati yang berharap, “pameran ini dapat menjadi salah satu referensi bagi masyarakat khususnya generasi muda Indonesia untuk mempelajari perkembangan batik Indonesia, mengenal lebih dekat seniman batik dan karyanya, menggugah semangat untuk lebih mencintai produk dan karya bangsa, serta andil dalam mendukung pelestarian dan pengembangannya”.

Beberapa Karya Batik Go Tik Swan

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Berdirinya Asosiasi Museum Indonesia DKI Jakarta (AMIDA) Paramita Jaya

PENGUKUHAN KETUA DAN PENGURUS ASOSIASI MUSEUM INDONESIA (AMI) DKI JAKARTA “PARAMITA JAYA” PERIODE 2017 – 2020 OLEH GUBERNUR DKI JAKARTA

Menguak Keaslian Lukisan Bersama Museum Basuki Abdullah dan AMIDA DKI Jakarta “Paramita Jaya”